PEMBAHASAN
A.
ANATOMI dan FISIOLOGI
INDERA PENGLIHATAN
Organ Penglihatan (Organon Visus;
Mata)
No.
|
Nama
|
Fungsi
|
1.
|
Sklera (bagian putih mata)
|
merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan
relatif kuat, terdiri dari lapisan fibrosa yang membungkus 5/6 bagian
belakang bola mata.
|
2.
|
Konjungtiva
|
selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak
mata dan bagian luar sklera.
|
3.
|
Kornea
|
struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan
cahaya.
|
4.
|
Pupil
|
Daerah hitam di tengah-tengah iris. Ukuran pupil
bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek ( akomodasi
) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk
penglihatan dekat
|
5.
|
Iris
|
Jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung
di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
|
6.
|
Lensa
|
struktur cembung ganda yang tergantung diantara
humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina
|
7.
|
Retina
|
lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian
belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus
ke otak.
|
8.
|
Saraf optikus
|
kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visuil dari retina ke otak.
|
9.
|
Humor aqueus
|
cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa
dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan
bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
|
10
|
Humor vitreus
|
gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan
di depan retina (mengisi segmen posterior mata).
|
Bola mata (bubus
oculi), atau organ penglihatan, berada pada kavitas orbita, dimana organ
ini dilindungi dari cedera dan pergerkan oleh otot-otot okular serta tulang (os
sphenoidale, zygomaticum, frontale, ethmoidale, lacrimale, dan maxilla).
Selain itu, ada pula struktur aksesorius yang berhubungan dengan mata, seperti
otot-otot, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan badan lakrimal.
Ukuran bola mata lebih panjang pada diameter
transversal dan antero-posterior daripada diameter vertikal. Pada wanita,
ketiga diameter tersebut lebih kecil daripada laki-laki. Diameter
antero-posterior pada bayi baru lahir berkisar 17.5 mm, dan saat pubertas
berkisar 20-21 mm. Bola mata terbenam dalam lemak di orbita, tetapi dipisahkan
dari jaringan tersebut oleh kantung membranosa tipis, fascia bulbi.
Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika
fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian depan; (2)
tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian
depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa, retina.
Tunika fibrosa (tunica fibrosa oculi)
Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata;
sklera berada di lima perenam bagian posterior dan opak; kornea membentuk
seperenam bagian anterior dan transparan. Sklera memiliki densitas yang tinggi
dan sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan bentuk
bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan; ketebalan
di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putiih, dan
menempel pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera
dilapisi membran konjungtiva bulbi. Di bagian depan, sklera berhubungan
langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakan sclero-corneal junction
atau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat dengan junction terdapat
kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada
potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft),
dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya
dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular. Aqueous humor direasorbsi
menuju sinus skleral oleh jalur pectinate villi yang analog dengan
struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges serebral menuju
pleksus vena sklera. Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika
eksternal, dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea
berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat
kelengkungannya berbeda pada setiap individu.
Tunika vaskular (tunica vasculosa oculi)
Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian
belakang, badan siliaris serta iris di bagian depan. Koroid berada di lima
perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang sepanjang ora serrata. Badan
siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris adalah diafrgama
sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar,
pupil. Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di
bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian
belakang daripada di bagian depan. Salah satu fungsi koroid adalah memberikan
nutrisi untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan
siliaris dan iris. Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke
anterior yang terdapat processus ciliaris serta musculus ciliaris. Iris
dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu berbeda. Iris adalah
lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada di aqueous humor
antara kornea dan lensa, dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian
perifernya, iris menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan;
permukaannya rata, bagian anterior menghadap ke kornea, bagian posterior
menghadap prosesus siliaris dan lensa. Iris membagi ruangan antara lensa dan
kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di
bagian depan oleh permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan
anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di
belakang bagian perifer iris, dan di depan ligamen suspensori lensa dan prosesus
siliaris.
Tunika nervosa (Tunica interna)
Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran
objek eksternal ditangkap. Permukaan luarnya berkontak dengan koroid; permukaan
dalamnya dengan membran hialoid badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut
sebagai nervus optikus; retina semakin tipis di bagian depan, dan memanjang
hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata. Disini
jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih
memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars
ciliaris retina dan pars iridica retina. Tepat di bagian tengah di
bagian posterior retina, pada titik dimana gambaran visual paling bagus
ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat
depresi sentral, fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan
warna gelap koroid dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea
terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis
retina menembus bagian tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan retina
yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot.
Media Refraksi
Media refraksi: kornea, aqueous humor,
crystalline lens, vitreous body.
Aqueous humor (humor
aqueus)
Aqueous humor mengisi
ruang anterior dan posterior bola mata. Kuantitas aqueous humor sedikit,
memiliki reaksi alkalin, dan sebagian besar terdiri dari air, kurang dari
seperlimanya berupa zat padat, utamanya klorida sodium.
Vitreous body (corpus
vitreum)
Vitreous body membentuk
sekitar empat perlima bola mata. Zat seperti agar-agar ini mengisi ruangan yang
dibentuk oleh retina. Transparan, konsistensinya seperti jeli tipis, dan
tersusun atas cairan albuminus terselubungi oleh membrane transparan tipis,
membran hyaloid. Membran hyaloid membungkus badan vitreous. Porsi di bagian
depan ora serrata tebal karena adanya serat radial dan dinamakn zonula siliaris
(zonule of Zinn). Disini tampak beberapa jaringan yang tersusun radial,
yaitu prosesus siliaris, sebagai tempat menempelnya. Zonula siliaris terbagi
atas dua lapisan, salah satunya tipis dan membatasi fossa hyaloid; lainnya
dinamakan ligamen suspensori lensa, lebih tebal, dan terdapat pada badan
siliaris untuk menempel pada kapsul lensa. Ligamen ini mempertahankan lensa
pada posisinya, dan akan relaksasi jika ada kontraksi serat sirkular otot
siliaris, maka lensa akan menjadi lebih konveks. Tidak ada pembuluh darah pada
badan vitreous, maka nutrisi harus dibawa oleh pembuluh darah retina dan
prosesus siliaris.
Crystalline lens (lens
crystallina)
Lensa terletak tepat di belakang iris, di depan badan
vitreous, dan dilingkari oleh prosesus siliaris yang mana overlap pada
bagian tepinya. Kapsul lensa (capsula lentis) merupakan membran
transparan yang melingkupi lensa, dan lebih tebal pada bagian depan daripada di
belakang. Lensa merupakan struktur yang rapuh namun sangat elastis. Di bagian
belakang berhadapan dengan fossa hyaloid, bagian depan badan vitreous; dan di
bagian depan berhadapan dengan iris. Lensa merupakan struktur transparan bikonveks.
Kecembungannya di bagian anterior lebih kecil daripada bagian posteriornya.
Organ Aksesorius Mata (Organa Oculi Accessoria)
Organ aksesorius mata termasuk otot okular, fascia,
alis, kelopak mata, konjungtiva, dan aparatus lakrimal.
Lacrimal apparatus (apparatus
lacrimalis)
Apparatus lakrimal terdiri dari (a) kelenjar lakrimal,
yang mensekresikan air mata, dan duktus ekskretorinya, yang menyalurkan cairan
ke permukaan mata; (b) duktus lakrimal, kantung (sac) lakrimal, dan
duktus nasolakrimal, yang menyalurkan cairan ke celah hidung.
Lacrimal gland (glandula
lacrimalis) terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus zigomatikum
os frontal. Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond,
dan terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars
orbitalis) dan inferior (pars palpebralis). Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12,
berjalan pendek menyamping di bawah konjungtiva.
Lacrimal ducts (lacrimal
canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama puncta
lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi
ekstremitas lateral lacrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih
pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan sudut yang tajam,
dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju lacrimal sac. Duktus
inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hamper horizontal menuju lacrimal
sac. Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan disebut ampulla. Pada
setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan membentuk
sejenis sfingter.
Lacrimal sac (saccus lacrimalis) adalah
ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam
cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus
frontalis maksila. Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran panjangnya
sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya berlanjut
menjadi duktus nasolakrimal.
Nasolacrimal duct (ductus
nasolacrimalis; nasal duct) adalah kanal membranosa, panjangnya
sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah lacrimal sac menuju
meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu orifisium,
dengan katup yang tidak sempurna, plica lacrimalis (Hasneri), dibentuk
oleh lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseous,
yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.
Otot-otot ekstraokular
- Rectus
medialis.
- Rectus
superior.
- Rectus
lateralis.
- Rectus
inferior.
- Obliquus
superior.
- Obliquus
inferior.
Gerakan Bola Mata
Sistem kontrol serebral yang mengarahkan gerakan mata
ke obyek yang dilihat merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam
menggunakan kemampuan pengelihatan sepenuhnya. Sistem ini dikatakan sama
pentingnya dalam pengelihatan dengan sistem interpretasi berbagai sinyal-sinyal
visual dari mata. Dalam mengarahkan gerakan mata ini, tubuh menggunakan 3
pasang otot yang berada di bawah kendali nervus III, IV, dan VI. Nukleus dari
ketiga nervus tersebut saling berhubungan dengan fasikulus longitudinalis
lateralis, sehingga inervasi otot-otot bola mata berjalan secara resiprokal.
Gerakan Fiksasi Bola Mata
Gerakan fiksasi bola mata dikontrol melalui dua
mekanisme neuronal. Yang pertama, memungkinkan seseorang untuk untuk memfiksasi
obyek yang ingin dilihatnya secara volunter; yang disebut seabgai mekanisme
fiksasi volunter. Gerakan fiksasi volunter dikontrol oleh cortical field
pada daerah regio premotor pada lobus frontalis. Yang kedua, merupakan
mekanisme involunter yang memfiksasi obyek ketika ditemukan; yang disebut
sebagai mekanisme fiksasi involunter. Gerakan fiksasi involunter ini dikontrol
oleh area visual sekunder pada korteks oksipitalis, yang berada di anterior
korteks visual primer. Jadi, bila ada suatu obyek pada lapang pandang, maka
mata akan memfiksasinya secara involunter untuk mencegah kaburnya bayangan pada
retina. Untuk memindahkan fokus ini, diperlukan sinyal volunter sehingga fokus
fiksasi bisa diubah.
Gerakan saccadic
Gerakan saccadic merupakan lompatan-lompatan dari
fokus fiksasi mata yang terjadi secara cepat, kira-kira dua atau tiga lompatan
per detik. Ini terjadi ketika lapang pandang bergerak secara kontinu di depan
mata. Gerakan saccadic ini terjadi secara sangat cepat, sehingga lamanya
gerakan tidak lebih dari 10% waktu pengamatan. Pada gerakan saccadic ini, otak
mensupresi gambaran visual selama saccade, sehingga gambaran visual selama
perpindahan tidak disadari.
Gerakan Mengejar
Mata juga dapat terfiksasi pada obyek yang bergerak;
gerakan ini disebut gerakan mengejar (smooth pursuit movement).
Gerakan vestibular
Mata meyesuaikan pada stimulus dari kanalis
semisirkularis saat kepala melakukan pergerakan.
Gerakan konvergensi
Kedua mata mendekat saat objek digerakkan mendekat.
Jaras
Cahaya yang sampai di retina tersebut akan
mengakibatkan hiperpolarisasi dari reseptor pada retina. Hiperpolarisasi ini akan
mengakibatkan timbulnya potensial aksi pada sel-sel ganglion, yang aksonnya
membentuk nervus optikus. Kedua nervus optikus akan bertemu pada kiasma
optikum, di mana serat nervus optikus dari separuh bagian nasal retina
menyilang ke sisi yang berlawanan, yang kemudian akan menyatu dengan serat
nervus optikus dari sisi temporal yang berlawanan, membentuk suatu traktus
optikus. Serat dari masing-masing traktus optikus akan bersinaps pada korpus
genikulatum lateralis dari thalamus. Kemudian serat-serat tersebut akan
dilanjutkan sebagai radiasi optikum ke korteks visual primer pada fisura
calcarina pada lobus oksipital medial. Serat-serat tersebut kemudian juga akan
diproyeksikan ke korteks visual sekunder.
Selain ke korteks visual, serat-serat visual tersebut
juga ditujukan ke beberapa area seperti: (1)nukleus suprakiasmatik dari
hipotalamus untuk mengontrol irama sirkadian dan perubahan fisiologis lain yang
berkaitan dengan siang dan malam, (2) ke nukleus pretektal pada otak tengah,
untuk menimbulkan gerakan refleks pada mata untuk fokus terhadap suatu obyek
tertentu dan mengaktivasi refleks cahaya pupil, dan (3) kolikulus superior,
untuk mengontrol gerakan cepat dari kedua mata.
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang
membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus
permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata
(kornea)
Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah
merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata) (Alamsyah, 2007). Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea (Alamsyah, 2007).
1. konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata) (Alamsyah, 2007). Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea (Alamsyah, 2007).
B.
PERKEMBANGAN PERSEPSI
SENSORI PADA DEWASA
Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap
lingkungan Manusia dan mengolah proses informasi tersebut( Wilson D, 2000 ). Mekanisme
persepsi merupakan suatu peristiwa physical dan proses eksternal yang
membangkitkan persepsi yang mempengruhi mata, saraf di bagaian visual cortex,
yang memberikan efek ke lingkungan yang dapat mempengaruhi dan di pengaruhi
oleh susunan saraf pusat (Graham R, 1999)
Manusia secara umum menerima informasi dari
Lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami Persepsi
harus ada proses di mana ada informasi yang di peroleh lewat memory organisme
yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan Persepsi individu, adanya stimulus
yang mempengaruhi individu yang mecetuskan suatu pengalaman dari Organisme,
sehingga timbul berpikir yang dalam proses perseptual merupakan proses yang
paling tinggi, seperti pada gambar 1: (Hill G, 2000).
Dalam keterkaitan proses persepsi ada 3
komponen yang sangat terkait diantaranya : (Hill G, 2000)
1. Learning
dari pengalaman organism terhadap stimulus
2. Memory
dari organism
3. Through
dari komponen satu dan dua (learning and memory).
Secara sederhana prosesnya sebagai berikut:
Tubuh menerima rangsangan –> rangsangan diteruskan ke otak –> otak memproses rangsangan dan data yang diperoleh –> otak mengirimkan hasil persepsi
Tubuh menerima rangsangan –> rangsangan diteruskan ke otak –> otak memproses rangsangan dan data yang diperoleh –> otak mengirimkan hasil persepsi
C.
PATOFISIOLOGI
KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu
adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput
bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam
kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna
sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.
Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang
memerlukan pengobatan (Effendi, 2008).
Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun
dewasa. Konjungtivitis pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus
pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap
bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin)
atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa
menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan
konjungtivitis melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi
masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam
waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.
Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan
kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet,
suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik (Medicastore, 2009).
Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk
lapisan terluar mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah
dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi
menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus
yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning
kehijauan. 6
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum,
terdiri atas 3 stadium :
1. Stadium Infiltratif.
Berlangsung 3 – 4 hari, dimana palpebra bengkak,
hiperemi, tegang, blefarospasme, disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi
terdapat injeksi konjungtiva yang lembab, kemotik dan menebal, sekret serous,
kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikuler membesar, mungkin disertai demam.
Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol dengan
gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaran ini adalah gambaran spesifik
gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu
dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.
2. Stadium Supurativa/Purulenta.
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi,
palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih
terdapat blefarospasme. Sekret yang kental campur darah keluar terus-menerus.
Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning kental, terdapat
pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva.
Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak
(memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra,
jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan). hipertrofi papil
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat
lagi, palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak
infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva masih nyata, tidak
kemotik, sekret jauh berkurang. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada
saat berada pada jalan kelahiran, sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan
oleh ibu yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa penyakit
ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri. Pada neonatus, penyakit
ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga
5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtiva kemotik.
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing
Epidemiologi
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan
paling sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih
banyak pada anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran
napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada orang dewasa
juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang.
Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit
tuberkulosis paru, tapi tidak jarang penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada
penderita dengan konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis
flikten adalah helmintiasis. Di Indonesia umumnya, terutama anak-anak menderita
helmintiasis, sehingga hubungannya dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak
jelas (Alamsyah, 2007).
Etiologi
Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
a.infeksi
oleh virus atau bakteri
b.reaksi
alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c.iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las
listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
d.pemakaian
lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan
konjungtivitis (Anonim, 2009).
Kadang
konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun.
Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
a.entropion atau ektropion.
b.kelainan saluran air mata.
c.kepekaan terhadap bahan kimia.
b.kelainan saluran air mata.
c.kepekaan terhadap bahan kimia.
d. pemaparan
oleh iritan
e.infeksi
oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009).
Frekuensi
kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya
seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga,
hewan dan debu (Effendi, 2008).
Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan
menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan
sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008).
Patogenesis
Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya
flikten masih belum jelas. Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit,
histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN ditemukan pada lesi nekrotik. Bentuk
tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat
terhadap protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis,
Chlamydia, acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan fungus Candida
albicans. Jarang kasusnya idiopatik (Alamsyah, 2007).
Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari
kornea meskipun seringkali biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel
yang ditempati oleh flikten rusak, membentuk ulkus dangkal yang mungkin hilang
tanpa pembentukan jaringan parut (Alamsyah, 2007).
Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat
limbus, pada konjungtiva bulbar atau kornea, dapat satu atau lebih, bulat,
meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi dengan
dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva tidak
menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral
limbus cenderung membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan
flikten sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi
sentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi
menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforasi (Alamsyah, 2007).
Klasifikasi
Konjungtivitis
a.
Konjungtivitis akut bakterial :
Adalah bentuk konjungtivitis murni
dan biasanya disebabkan oleh staphylococ, pneumococ, gonococ, haemifillus
aegypti, pseudomonas, dan basil morax axenfeld.
1.
Konjungtivitis blenore
Merupakan konjungtivitis pada bayi
yang baru lahir. Dengan penyebabnya gonococ atau suatu chlamydia. Dengan masa
inkubasi 3-6 hari.
2.
Konjungtivitis gonore
Penyakit ini pada orang dewasa
disebabkan oleh auto infeksi pada penderita uretriris atau servisitis gonore.
Pada orang dewasa terdapat 3 stadium
:
1.
Infiltratif
2.
Purulen
3.
Penyembuhan
3.
Konjungtivitis difteri
Radang konjungtiva ini disebabkan
bakteri difteri yang memberikan gambaran yang khas berupa terbentuknya membran
pada konjungtiva tarsal. Pengobatan konjungtivitis difteri adalah dengan
memberi penisillin disertai dengan antitoksin difteri.
4.
Konjungtivitis folikular
Kelainan ini merupakan
konjungtivitis yang disertai dengan pembentukan folikel pada konjungtiva.
Konjungtivitis folikular merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada
anak-anak, tetapi tidak ditemukan pada bayi.
Konjungtivitis folikular dapat
terjadi akibat infeksi bakteri, virus, dan rangsangan bahan kimia. Penyakit ini
dapat berjalan akut maupun kronis.
5.
Konjungtivitis kataral
Merupakan penyakit dengan gejala
utama berupa banyaknya secret berlendir pada mukosa konjungtiva. Pengobatannya
adalah dengan memberikan antibiotik dan membersihkan secret mata.
b.
Konjungtivitis akut viral
Konjungtivitis akibat virus sering
ditemukan dan biasanya disebabkan adrenovirus atau suatu infeksi herpes simplek.
1.
Keratokonjungtivitis epidemik
Merupakan radang yang berjalan akut
disebabkan oleh adrenovirus. Penularan biasanya terjadi melalui kolam renang
selain akibat wabah. Masa inkubasi 5-10hari. Pengobatan yang biasanya diberikan
adalah obat sulfa topikal dan dapat diberikan bersama dengan steroid.
2.
Demam faringokonjungtiva
Konjungtivitis disertai dengan demam
dan sakit pada tenggorokan. Penularan biasanya terjadi di kolam renang. Gejala
yang ditemukan berupa rasa sakit di mata seperti adanya benda asing, terdapatnya
folikel pada konjungtiva disertai keratitis sub epitel yang ringan.
3.
Keratokonjungtivitis herpetik
Kelainan ini biasanya ditemukan pada
anak dibawah usia 2 tahun yang disebabkan oleh herpes simplek tipe 1.
4.
Konjungtivitis new castle
Merupakan bentuk konjungtivitis yang
ditemukan pada peternak unggas disebabkan oleh virus new castle. Masa inkubasi
1-2hari mulai dengan perasaan benda asing, silau, dan berair pada mata. Kelopak
mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemik dan terdapat folikel, kadang-kadang
disertai perdarahan kecil.
5.
Konjungtivitis hemoragik akut
Kelainan ini merupakan
konjungtivitis folikular akut dengan gejala khusus karena terjadinya perdarahan
yang disebabkan oleh enterovirus 70. Masa inkubasi 1-2 hari. Penyakit ini
sangat menular dan penularan melalui secret ke orang lain.
c.
Konjungtivitis jamur
Infeksi jamur pada konjungtiva
jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan
gejala.
d.
Konjungtivitis alergik :
Reaksi alergi dan hipersensitif pada
konjungtiva akan memberikan keluhan pada pasien berupa mata gatal, panas dan
mata merah.
1.
Konjungtivitis vernal
Merupakan konjungtivitis kronik,
rekulerateral, bilateral, atopi yang memberikan secret mucus dapat mengandung
eosinofil dan merupakan reaksi hipersnsitifitas tipe 1. Biasanya diderita pada
pasien usia dewasa muda, yang lebih sering mengenai laki-laki terutama di musim
panas.
2.
Konjungtivitis flikten
Suatu peradangan konjungtiva yang
disebabkan oleh reaksi alergi. Pengobatan yang diberikan kortikosteroid lokal
dan mengatasi sumber infeksi.
e.
Konjungtivitis kronis
Trakoma merupakan konjungtivitis
folikuler kronis yang disebabkan oleh clamydia trachomatis. Penyakit ini
terutama mengenai anak-anak walaupun dapat mengenai semua umur. Cara penularan
trakoma adalah melalui kontak langsung dengan secret penderita atau melalui
handuk, saputangan, atau alat-alat kebutuhan sehari-hari. Masa inkubasi kuman
5-14 hari.
Manifestasi Klinis
Tanda
a)
konjungtiva berwarna merah (hiperemi)
dan membengkak.
b)
produksi air mata berlebihan (epifora)
c)
kelopak mata bagian atas nampak
menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan
konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas
d)
pembesaran pembuluh darah di konjungtiva
dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan.
e)
pembengkakan kelenjar (folikel) di
konjungtiva dan sekitarnya.
f)
terbentuknya membran oleh proses
koagulasi fibrin (komponen protein).
g)
dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental
hingga bernanah) (Anonim, 2009).
Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah
dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran
yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi
mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal,
terutama pada konjungtivitis karena alergi (Anonim, 2004).
Gejala
lainnya adalah:
- mata berair
- mata terasa nyeri
- mata terasa gatal
- pandangan kabur
- peka terhadap cahaya
- terbentuk keropeng pada kelopak mata
ketika bangun pada pagi hari (Anonim, 2004).
Komplikasi
Penyakit
radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1.
Glaukoma
2.
Katarak
3.
ablasi retina.
4.
komplikasi pada konjungtivitis
kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin,
trikiasis
5.
komplikasi pada konjungtivitis
purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6.
komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan
pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang
tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa
menjadi buta
7.
komplikasi konjungtivitis vernal adalah
pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan
Diagnosa
a. Gejala
Subyektif
Konjungtivitis flikten biasanya hanya menyebabkan
iritasi dengan rasa sakit dengan mata merah dan lakrimasi. Khasnya pada
konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat akan terdapat fotofobia dan
gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir. Konjungtivitis
flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bakterial
akut.
b. Gejala
Obyektif
Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran
1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu, jumlahnya satu atau lebih yang di
sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva (hiperemia). Bisa
unilateral atau mengenai kedua mata.
c.
Histopatologi
Flikten terlihat sebagai kumpulan sel leukosit
netrofil yang dikelilingi oleh sel limfosit, sel makrofag dan kadang-kadang sel
datia berinti banyak. Pembuluh darah yang memperdarahi flikten mengalami
proliferasi endotel dan sel epitel di atasnya mengalami degenerasi.
D. DIIT
UNTUK KONJUNGTIVITIS
Makanan yang disarankan untuk penderita konjungtivitis
adalah makanan tinggi protein dan tinggi kalori guna untuk mempercepat proses
penyembuhan dan di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin
A guna untuk memperbaiki sensori penglihatan dan juga vitamin C untuk
memperbaiki sistem pertahanan tubuh.
E. FARMAKOLOGI
KONJUNGTIVITIS
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi
penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide
(sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5
%). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena
virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder,
konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %,
rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).
Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak
mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan
salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal
atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila
dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte),
satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi.
Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus
atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg
QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin
atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan
pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-
anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini,
diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi
dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray
dada untuk menyingkirkan tuberkulosis (Alamsyah, 2007).
F. PENATALAKSANAAN
MEDIS KONJUNGTIVITIS
Pemeriksaan fisik (
Inspeksi ) untuk melihat keadaan struktural mata klien ( edema, hiperemis,
sekret purulen )
Hasil:
- Hiperemi
konjungtiva yang terlihat nyata pada fornik dan mengurang kea rah limbus
- Secret
mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan kelopak
mata lengket saat bangun tidur
- Edema konjungtiva
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram
Dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear, juga bakteri atau jamur penyebab
konjungtivitis
2.
Pemeriksaan Visus
Catat derajat pendangan perifer
klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan
kemunduran visus.
3.
Dapat dilakukan pemeriksaan tinja
kemungkinan kuman dan adanya
tuberkulosa paru dan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan
pewarnaan gram pada sekret untuk mengidentifikasi organisme penyebab maupun
adanya infeksi sekunder (Alamsyah, 2007).
Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme,
pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat
atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak
menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci
tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap,
handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari
penyebaran konjungtivitis antar pasien.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan
sediaan langsung sekret dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui
kuman penyebab dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan
pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau
kerokan konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai
dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air,
dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat
diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler
yang menandakan bahwa proses sudah berjalan menahun. Morfologi dari gonokok
sama dengan meningokok, untuk membedakannya dilakukan tes maltose, dimana
gonokok memberikan test maltose (-). Sedang meningokok test maltose (+).
Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua
orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus
segera diobati.
Dibuat dengan sediaan apus sekret konjungtiva dengan
pewarnaan biru metilen sehingga akan terlihat diplokok intraseluler (di dalam
leukosit).
Perawatan
1. Kompres mata dengan air hangat jika disebabkan oleh bakteri atau virus, Jika
disebabkan oleh alergi, kompres dengan air dingin.
2. Jangan menyentuh daerah mata dengan jari, gunakan tisu jika terpaksa mengusap mata.
3. Hindari memakai tata rias mata sampai infeksi benar-benar hilang.
1. Kompres mata dengan air hangat jika disebabkan oleh bakteri atau virus, Jika
disebabkan oleh alergi, kompres dengan air dingin.
2. Jangan menyentuh daerah mata dengan jari, gunakan tisu jika terpaksa mengusap mata.
3. Hindari memakai tata rias mata sampai infeksi benar-benar hilang.
Pengobatan herbal
Resep 1 (pemakaian luar)
10 lembar daun sirih
a. Cuci bersih daun sirih, rebus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc lalu saring.
b. Gunakan airnya untuk mencuci mata setelah dingin.
Resep 1 (pemakaian luar)
10 lembar daun sirih
a. Cuci bersih daun sirih, rebus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc lalu saring.
b. Gunakan airnya untuk mencuci mata setelah dingin.
Resep 2 (pemakaian luar)
15 g kembang telang
15 daun saga
a. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 400 cc air hingga mendidih, lalu saring
setelah dingin.
b. Gunakan airnya untuk merambang (mencuci) mata.
15 g kembang telang
15 daun saga
a. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 400 cc air hingga mendidih, lalu saring
setelah dingin.
b. Gunakan airnya untuk merambang (mencuci) mata.
Resep 3 (pemakaian dalam dan luar)
10 g bunga krisan kerfng
6 g melati kering
a. Cuci semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu saring.
b. Minum sebagian airnya dan sisanya untuk merambang mata.
10 g bunga krisan kerfng
6 g melati kering
a. Cuci semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu saring.
b. Minum sebagian airnya dan sisanya untuk merambang mata.
Resep 4 (pemakaian dalam)
15 g biji boroco
Madu secukupnya
a. Cuci bersih boroco, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring.
b. Tambahkan madu, lalu minum.
15 g biji boroco
Madu secukupnya
a. Cuci bersih boroco, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring.
b. Tambahkan madu, lalu minum.
Resep 5 (pemakaian dalam)
25 g daun murbei segar (10 g kering) 15 g kie cie (Ffuctus lydi) 1 sdm biji wijen
a. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring. b. Minum dan makan wijennya (juga digunakan untuk menerangkan penglihatan yang buram).
Catatan:
Pilih salah satu resep untuk pemakaian dalam dan pemakaian luar. Lakukan secara teratur.
25 g daun murbei segar (10 g kering) 15 g kie cie (Ffuctus lydi) 1 sdm biji wijen
a. Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu saring. b. Minum dan makan wijennya (juga digunakan untuk menerangkan penglihatan yang buram).
Catatan:
Pilih salah satu resep untuk pemakaian dalam dan pemakaian luar. Lakukan secara teratur.
0 komentar:
Posting Komentar