1. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8. Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya
Medica:Jakarta.)
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
Diare, konstipasi dan kolik
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica :
Jakarta)
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta
Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility.
Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )
1. Uji serum
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai
klinis tidak diperlihatkan.
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
90% sensitif dan 98% spesifik
Melalui laparoskopi dan eksisi.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta )
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan
endometriosis, antara lain:
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan
endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat
pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah :
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi
endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta)
Selasa, 05 Juni 2012
LP ENDOMETRIOSIS
BAB II
ENDOMETRIOSIS
Defenisi
Endometriosis merupakan suatu
kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium
di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii,
ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan
pelvis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya
Medica: Jakarta)
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan
dengan sel-sel lapisan uterus tumuh secara menyimpang dalam rongga pelvis
diluar uterus. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 1556 : 2002)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma)
diluar uterus (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium diluar kavum
uterus.Bila jaringan endometrium terdapat didalam miometrium disebut
adenomiosis (adenometriosis internal) sedangkan bila duluar uterus disebut
(endometriorisis ekterna).
Klasifikasi Endometriosis
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut
:
1. Pembagian Atas 2 Golongan
·
Endometriosis
Interna
Endometriosis didalam miometrium, lazim
disebut dengan adenomiosis.
·
Endometriosis
Eksterna
Endometriosis di luar uterus, lazim
disebut dengan “true endometriosis”
2. Pembagian Atas 3 Golongan
·
Endometriosis
Genetalia Interna
Letaknya di dalam uterus dan disebut
adenomiosis
Letaknya didalam tuba seperti adenomiosis
ismika nodosa, hematosalping.
·
Endometriosis
Eksterna
Letaknya di dinding belakang uterus,
dibagian luar tuba dan di ovarium.
·
Endometriosis
Eksterna Genitalis
Letaknya di pelvio-peritonium dan di cavum
Douglasi, rekto-sigmoid, kandung kencing, umbilikus sampai pada kulit dan paru
paru-paru.
Kelainan endometriosis paling sering ditemukan atau di jumpai di ovarium,
ligamenta uterus (rotundum, sakrouterina, dan lantum), septum rekto-vaginal,
peritoneum pelvis yang meliputi uterus, tuba, rektum, sigmoid, dan kandung
kencing, yang semuanya ini disebut endometriosis pelvis 8.
Sedangkan menurut Acosta klasifikasi endometriosis dapat dibagi-bagi
menurut berat ringan endometriosis, yaitu antara lain :
1. Ringan
Yaitu endometriosis yang menyebar tanpa
perlekatan pada anterior atau posterium cavum douglasi, peritonium pelvik, atau
permukaan ovarium.
2. Sedang
·
Endometriosis
pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau endometrium kecil.
·
Perlekatan
minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami endometriosis.
·
Endometriosis
pada anterior atau posterior cavum Douglasi dengan parut dan retraksi tanpa
menyerang sigmoid.
3. Berat
Endometriosis pada satu atau dua ovarium
dengan ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.
Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya
endometriosis, antara lain:
Sampai
saat ini belum ada yang memastikan penyebab endometriosis. Ada beberapa teori
yang menerangkan endometriosis seperti:
1.
Teori
implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba pada
saat menstruasi
2.
Teori
metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium, namun teori
ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen
3.
Teori
induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi
jaringan endometrium (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Teori
lain :
1.
Teori
transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard) mengirimkan
kembali jaringan endometrium ke tempat ektopik melalui tuba fallopi
2.
Teori
metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embrionik yang tertahan yang
selama pertumbuhannya dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh stimuli dari
luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan Medikal Bedah, 1556: 2002)
Penyebab
endometriosis masih belum diketahui. Beberapa teori muncul menyangkut faktor
anatomis, imunologis, hormonal, dan genetik.
1.
Menstruasi
retrogad.
Menurut Sampson, endometriosis terjadi
karena darah haid mengalir kembali (regurgitasi) melalui tuba ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan
bahwa dalam darah haid didapati sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel
endometrium yang masih hidup ini kemudian dapat mengadakan implantasi di
pelvis.
2.
Faktor
imunologis
Faktor imunologis spesifik yang berperan
dalam implantasi endometriosis seperti VEGF (vascular endothelial growth
factor), MIF (migration inhibitory factor), dan mediator radang (interleukin,
TNF) diduga mengalami peningkatan pada situs endometriosis.
3.
Faktor
hormonal
Aromatase, enzim pencetus produksi
estrogen, telah ditemukan pada
implantasi endometriosis, walaupun belum ditemukan data bahwa aromatase juga
ditemukan pada endometrium normal. PGE2 (prostaglandin E2) berperan sebagai
induksi terkuat produksi aromatase pada implantasi endometriosis.
4.
Metaplasia
selomik
Teori mengemukakan sel potensial pada
ovarium dan peritoneum bertransformasi menjadi lesi endometriosis akibat
stimulasi hormon dan paparan hormonal
berulang. Robert Meyer mengemukakan bahwa endometriosis terjadi karena
ransangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang dapat mempertahankan
hidupnya di daerah pelvis. Ransangan ini
menyebabkan metaplasi dari sel-sel epitel itu, sehingga terbentuk jaringan
endometrium
5.
Penyebaran
limfatis
Sebuah studi menunjukkan dari otopsi bahwa sel endometriosis ditemukan
dalam kelenjarr limfa pelvis pada 29% wanita. Hal ini dapat menjelaskan mengapa
endometriosis pernah ditemukan di daerah paru-paru.
6.
Faktor
genetik
Wanita yang memiliki riwayat keluarga menderita endometriosis berisiko
tujuh kali lipatt menderita endometriosis. Belum ditemukan defek genetik pada
endometriosis.
Manifestasi
Klinis
·
Dismenore sekunder
·
Dismenore primer yang buruk
·
Dispareunia
·
Nyeri ovulasi
·
Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke
dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
·
Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan
setelah hubungan seksual
·
Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
·
Hipermenorea
·
Menoragia
·
Spotting sebelum menstruasi
·
Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar
sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
3.
Keluhan buang air besar dan buang air kecil
·
Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air
besar
·
Darah pada feces
Staging (Menentukan stadium kanker)
·
Stadium I : kanker hanya tumbuh di badan rahim
·
Stadium II : kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks
·
Stadium III : kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi
masih di dalam rongga panggul dan belum menyerang kandung kemih maupun rektum.
Kelenjar getah bening panggul mungkin mengandung sel-sel kanker.
·
Stadium IV : kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih
atau rektum atau kanker telah menyebar ke luar rongga panggul.
IV.
Patofisiologi
Endometriosis
dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem
hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen
dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama
halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan
tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor
penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan
endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju
ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium
merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel
endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju
ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun
lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron
lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di
daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri
saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis
akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan
yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan
seks.
Adhesi juga
dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan
uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan
gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi
terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.
V.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk
membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
·
CA-125
·
Protein plasenta 14
·
Antibodi endometrial
2. Teknik
pencitraan
·
Ultrasound
·
MRI
·
Pembedahan
Terapi
1. Pengobatan
Hormonal
·
Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
·
Progestrogen, seperti provera, primolut
·
GnRH
·
Pil kontrasepsi kombinasi
·
Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa
efek samping.
2. Pembedahan
Keuntungan
Kerugian
Terapi
non bedah
·
Biaya lebih murah
·
Efektif
menghilangkan nyeri
·
Sering
ditemukan efek samping
·
Tidak
memperbaiki fertilitas
·
Beberapa
obat hanya dapat digunakan dalam waktu singkat
Terapi
bedah
·
Efektif
untuk menghilangkan nyeri
·
Lebih
efisien dibandingkan terapi medis
·
Melalui
biopsy dapat ditegakkan diagnose pasti
·
Lebih
mahal
·
Resiko
penetapan kurang baik 3%
·
Efisinsi
diragukan menghilangkan rasa nyeri
Pencegahan
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah
cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala – gejala
endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan
karena regresi endometrium dalam sarang – sarang endometriosis. Oleh sebab itu
hendaknya perkawinan diusahakan supaya mendapat anak – anak yang diinginkan
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan
profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjadinya
infertilitas sesudah endometriosis. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan
yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
Komplikasi
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi
ginjal karena endometriosis dekat dengan kolon atau ureter
2. Torsi ovarium atau rupture ovarium
sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma
3. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena
eksisi endometriosis
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas klien (nama, umur, pekerjaan, alamat, nama suami, dll)
Identitas penanggung jawab klien (nama, alamat, hubungan dengan klien)
Riwayat Kesehatan Dahulu
·
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida,
atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena
limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
Riwayat kesehatan sekarang
·
Dysmenore primer ataupun sekunder
·
Nyeri saat latihan fisik
·
Dispareunia
·
Nyeri ovulasi
·
Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke
dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
·
Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan
setelah hubungan seksual
·
Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
·
Hipermenorea
·
Menoragia
·
Feces berdarah
·
Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
·
Konstipasi, diare, kolik
Riwayat kesehatan keluarga
·
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama
saudara kembar) yang menderita endometriosis.
Riwayat obstetri dan menstruasi
·
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus
menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum
menstruasi atau di akhir menstruasi.
Pengkajian pola gordon
1)
Pola persepsi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit
Bagaimana klien memelihara kesehatan nya selama kurun
waktu sebelum mengalami sakit., kepatuhan dalam memeriksakan kondisinya setiap
bulannya, sejauh mana pengetahuan klien tentang siklus menstruasinya.
Saat sakit
Apakah klien
tahu tentang masalah yang sedang dialami sekarang.
2)
Pola nutrisi metabolik
Sebelum sakit
Bagaimana klien menjaga asupan nutrisi sebelum sakit,
dan frekuensi makan/minum dalam sehari.apakah asupan nutrisi nya mencukupi
ataukah kurang.
Saat sakit
Bagaimana pilihan nutrisi yang dikonsumsi klien selama
sakit, adakah keluhan mual ataupun muntah berkenaan dengan penyakit yang di
alami.
3)
Pola eliminasi
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan BAB/BAK klien sebelum sakit, baik
itu frekuensi, karakteristik dan waktu normal klien BAB/BAK
Saat sakit
Adakah keluaran darah saat BAB/BAK klien berkenaan
dengan kemungkinan penyebaran penyakitnya. adakah keluhan diare atau konstipasi
yang dialami klien.
4)
Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Bagaimana kualitas tidur, waktu tidur klien sebelum
sakit. Adakah gangguan untuk istirahatnya.
Saat sakit
Jam berapa klien biasa tidur, bagaimana kualitas tidur
klien selama sakit , adakah gangguan tidur berkenaan dengan penyakit yang
sedang diderita, misalnya nyeri supra pubic, dismenorhae,dll
5)
Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit
Bagaimana aktifitas klien sebelum mengalami sakit dan
adakah gangguan yang biasa dirasakan sebelum klien sakit.
Saat sakit
Bagaimana aktivitas klien selama klien sakit, adakah kesulitan-kesulitan yang dialami klien
berhubungan dengan sakitnya.
6)
Pola koqnitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit
Adakah gangguan yang dialami klien sebelum dia sakit
sehubungan dengan sakitnya misalnya kebiasaan dismenorhae saat haid.
Saat sakit
Apakah klien mengalami nyeri pelvis,dismenorhea. kaji
PQRST nya.
7)
Pola peran dan hubungan dengan
sesama
Sebelum sakit
Apa peran klien dikeluarga, masyarakat dan lingkungan
lain dimana klien biasa besosialisasi.
Apakah ada gangguan atau tidak.
Saat sakit
Apakah ada perubahan peran atau tidak berhubungan
dengan penyakit yang skaran klien alami, bagaimana hubungan klien dengan team
kesehatan yang merawatnya selama sakit.
8)
Pola reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit
Adakah masalah reproduksi klien berkenaan dengan
menstruasinya, apakah sering nyeri, lamanya siklus nya pendek atau panjang.
Karakteristik keluaran saat menstruasi apakah mengalami ketidaknormalan seperti
adanya gumpalan serta warnanya yang cenderung gelap. Apakah ada gangguan dalam
berhubungan suami istri bagi yang sudah berumah tangga. Klien menggunakan jenis
kontrasepsi apa??
Saat sakit
Adakah keluhan saat menstruasi baik dari lama
menstruasi, siklus, karakteristik darah dan sensasi nyeri yang dirasakan.
Adakah masalah klien dalam melakukan
koitus.
9)
Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit
Bagaimana pandangan klien terhadap dirinya sebelum
mengalami sakit
Saat sakit
Adakah perasaan malu atau tidak percaya diri terhadap
dirinya sehubungan dengan sakit yang diderita klien.
10) Pola
mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Sebelum dan saat sakit
Adakah perasaan cemas atau takut pada diri klien
sehubungan dengan penyakit yang diderita sekarang maupun riwayat kesehatan
sebelumnya.
11) Pola sistem
nilai dan kepercayaan
Sebelum dan saat sakit
Bagaimana ketaatan klien terhadap ajaran agama yang di
yakini. Bagaimana klien memandang suatu masalah yang terjadi pada dirinya jika
dihubungkan dengan penyakitnya sekarang.
Pemeriksaan
fisik
Keadaan umum
Kesadaran (kualitatif: compos mentis, kuantitatif: mata, verbal, motorik)
TTV (suhu, nadi, RR, SPO2, suhu, TD)
Mata: konjungtiva anemis atau tidak
Dada:
Inspeksi:
·
Bentuk dada dan payudara
·
Warna puting susu dan areolanya
Palpasi
·
Adanya benjolan ataupun nyeri tekan
pada payudara
Perkusi
·
Adanya pembekakan limfe sekitar
payudara atau tidak
Jantung
Paru
Abdomen
Inspeksi
·
Bentuk abdomen
Perkusi
·
Adanya penumpukan cairan atau tidak
Auskultasi
·
Bising usus
Palpasi
·
Adanya benjolan ataupun nyeri tekan
abdomen terutama di bagian bawah saat menstruasi
Genitalia
Inspeksi
·
Kebersihan area genetalia
·
Adanya keluaran perdarahan dari
saluran vagina
·
Warna darah yang keluar, banyaknya,
frekuensi dan bau
Palpasi
·
Adanya benjolan dan nyeri tekan
Anus
Inspeksi
·
Kebersihan area anus
·
Adanya keluaran darah saat defekasi
Palpasi
·
Adanya benjolan dan nyeri tekan
Ekstermitas
Diagnosa keperawatan dan Intervensi
1.
Defisit
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
1)
Monitor
balance cairan
R/ mengetahui keseimbangan cairan tubuh
2)
Anjurkan
klien untuk menambah intake cairan, seperti minum air putih, buah-buahan segar
yang mengandung banyak cairan
R/ untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh yang hilang
3)
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian cairan intra vena yang tepat.
R/ untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh klien yang hilang
4)
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian anti perdarahan
R/untuk menghentikan perdarahan yang terjadi.
2.
Nyeri
akut berhubungan dengan agen cidera biologi
1)
Monitor
skala nyeri klien
R/ Mengetahui derajat nyeri klien
2)
Berikan
posisi yang nyaman
R/ Mengurangi nyeri klien
3)
Ajarkan
teknik relaksasi destraksi
R/ Mengurangi nyeri klien
4)
Kolaborasikan
dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
R/ Mengatasi nyeri klien
3.
Cemas
berhubungan dengan status kesehatan
1)
Ajarkan
tehnik relaksasi dalam mengendalikan cemasnya.
R/ membantu klien berfikir positif terhadap sakitnya.
2)
Beri
dukungan kepada klien demi kesembuhan klien.
R/ meningkatkan motivasi klie untuk sembuh
3)
Libatkan
keluarga untuk tetap memberikan dukungan penuh pada klien.
R/ menciptakan kondisi yang harmonis antara klien dan keluarga.
4.
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan pembeda
1)
Monitor
perasaan klien
R/ Mengetahui apa yang dirasakan klien saat ini
2)
Berikan
motivasi dan dukungan pada klien untuk tidak minder hanya karena infertilitas
R/ Meningkatkan motivasi klien
3)
Bantu
klien menyebutkan hal – hal positif klien yang dimiliki
R/ Membangkitkan semangat klien
4)
Libatkan
keluarga dan orang terdekat untuk memperhatikan klien
R/ Menyadarkan klien bahwa dia tidak sendiri dan dikucilkan
5.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
1)
Berikan
pendidikan kesehatan tentang apa itu endometriosis, tanda dan gejala, penyebab
dan cara pencegahan.
R/ agar klien tahu tentang penyakit endometriosis, tanda dan gejala,
penyebab dan cara pencegahan.
2)
Tunjukan
sikap empati
R/ menumbuhkan rasa semangat klien
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar