Blogger templates

Halaman

Selasa, 05 Juni 2012

LP ENDOMETRIOSIS

BAB II
ENDOMETRIOSIS
Defenisi
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan dengan sel-sel lapisan uterus tumuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 1556 : 2002)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma) diluar uterus (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium diluar kavum uterus.Bila jaringan endometrium terdapat didalam miometrium disebut adenomiosis (adenometriosis internal) sedangkan bila duluar uterus disebut (endometriorisis ekterna).
Klasifikasi Endometriosis
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut :
1.      Pembagian Atas 2 Golongan
·         Endometriosis Interna
Endometriosis didalam miometrium, lazim disebut dengan adenomiosis.
·         Endometriosis Eksterna
Endometriosis di luar uterus, lazim disebut dengan “true endometriosis”
2.      Pembagian Atas 3 Golongan
·         Endometriosis Genetalia Interna
Letaknya di dalam uterus dan disebut adenomiosis
Letaknya didalam tuba seperti adenomiosis ismika nodosa, hematosalping.
·         Endometriosis Eksterna
Letaknya di dinding belakang uterus, dibagian luar tuba dan di ovarium.
·         Endometriosis Eksterna Genitalis
Letaknya di pelvio-peritonium dan di cavum Douglasi, rekto-sigmoid, kandung kencing, umbilikus sampai pada kulit dan paru paru-paru.
Kelainan endometriosis paling sering ditemukan atau di jumpai di ovarium, ligamenta uterus (rotundum, sakrouterina, dan lantum), septum rekto-vaginal, peritoneum pelvis yang meliputi uterus, tuba, rektum, sigmoid, dan kandung kencing, yang semuanya ini disebut endometriosis pelvis 8.


Sedangkan menurut Acosta klasifikasi endometriosis dapat dibagi-bagi menurut berat ringan endometriosis, yaitu antara lain :
1.      Ringan
Yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau posterium cavum douglasi, peritonium pelvik, atau permukaan ovarium.
2.      Sedang
·         Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau endometrium kecil.
·         Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami endometriosis.
·         Endometriosis pada anterior atau posterior cavum Douglasi dengan parut dan retraksi tanpa menyerang sigmoid.
3.      Berat
Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.

Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8. Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)
Sampai saat ini belum ada yang memastikan penyebab endometriosis. Ada beberapa teori yang menerangkan endometriosis seperti:
1.      Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba pada saat menstruasi
2.      Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium, namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen
3.      Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Teori lain :
1.      Teori transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard) mengirimkan kembali jaringan endometrium ke tempat ektopik melalui tuba fallopi
2.      Teori metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embrionik yang tertahan yang selama pertumbuhannya dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh stimuli dari luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan Medikal Bedah, 1556: 2002)


Penyebab endometriosis masih belum diketahui. Beberapa teori muncul menyangkut faktor anatomis, imunologis, hormonal, dan genetik.
1.      Menstruasi retrogad.
Menurut Sampson, endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali (regurgitasi) melalui tuba  ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid didapati sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis.
2.      Faktor imunologis
Faktor imunologis spesifik yang berperan dalam implantasi endometriosis seperti VEGF (vascular endothelial growth factor), MIF (migration inhibitory factor), dan mediator radang (interleukin, TNF) diduga mengalami peningkatan pada situs endometriosis.
3.      Faktor hormonal
Aromatase, enzim pencetus produksi estrogen, telah  ditemukan pada implantasi endometriosis, walaupun belum ditemukan data bahwa aromatase juga ditemukan pada endometrium normal. PGE2 (prostaglandin E2) berperan sebagai induksi terkuat produksi aromatase pada implantasi endometriosis.
4.      Metaplasia selomik
Teori mengemukakan sel potensial pada ovarium dan peritoneum bertransformasi menjadi lesi endometriosis akibat stimulasi hormon  dan paparan hormonal berulang. Robert Meyer mengemukakan bahwa endometriosis terjadi karena ransangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis.  Ransangan ini menyebabkan metaplasi dari sel-sel epitel itu, sehingga terbentuk jaringan endometrium
5.      Penyebaran limfatis
Sebuah studi menunjukkan dari otopsi bahwa sel endometriosis ditemukan dalam kelenjarr limfa pelvis pada 29% wanita. Hal ini dapat menjelaskan mengapa endometriosis pernah ditemukan di daerah paru-paru.
6.      Faktor genetik
Wanita yang memiliki riwayat keluarga menderita endometriosis berisiko tujuh kali lipatt menderita endometriosis. Belum ditemukan defek genetik pada endometriosis.

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
·         Dismenore sekunder
·         Dismenore primer yang buruk
·         Dispareunia
·         Nyeri ovulasi
·         Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
·         Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
·         Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter


2. Perdarahan abnormal
·         Hipermenorea
·         Menoragia
·         Spotting sebelum menstruasi
·         Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
3.    Keluhan buang air besar dan buang air kecil
·         Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
·         Darah pada feces
Diare, konstipasi dan kolik
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica : Jakarta)

Staging (Menentukan stadium kanker)
·         Stadium I : kanker hanya tumbuh di badan rahim
·         Stadium II : kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks
·         Stadium III : kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi masih di dalam rongga panggul dan belum menyerang kandung kemih maupun rektum. Kelenjar getah bening panggul mungkin mengandung sel-sel kanker.
·         Stadium IV : kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih atau rektum atau kanker telah menyebar ke luar rongga panggul.



IV. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta
Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )

V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
1. Uji serum
·         CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
·         Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
·         Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
·         Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
·         MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
·         Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )

Terapi
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara lain:
1.      Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah :
·         Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
·         Progestrogen, seperti provera, primolut
·         GnRH
·         Pil kontrasepsi kombinasi
·         Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping.
2.      Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)

Keuntungan
Kerugian
Terapi non bedah
·         Biaya lebih murah
·         Efektif menghilangkan nyeri

·      Sering ditemukan efek samping
·      Tidak memperbaiki fertilitas
·      Beberapa obat hanya dapat digunakan dalam waktu singkat
Terapi bedah
·         Efektif untuk menghilangkan nyeri
·         Lebih efisien dibandingkan terapi medis
·         Melalui biopsy dapat ditegakkan diagnose pasti
·      Lebih mahal
·      Resiko penetapan kurang baik 3%
·      Efisinsi diragukan menghilangkan rasa nyeri

Pencegahan
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala – gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang – sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan diusahakan supaya mendapat anak – anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.

Komplikasi
1.      Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan kolon atau ureter
2.      Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma
3.      Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis












ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Identitas klien (nama, umur, pekerjaan, alamat, nama suami, dll)
Identitas penanggung jawab klien (nama, alamat, hubungan dengan klien)
Riwayat Kesehatan Dahulu
·         Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
Riwayat kesehatan sekarang
·         Dysmenore primer ataupun sekunder
·         Nyeri saat latihan fisik
·         Dispareunia
·         Nyeri ovulasi
·         Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
·         Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
·         Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
·         Hipermenorea
·         Menoragia
·         Feces berdarah
·         Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
·         Konstipasi, diare, kolik


Riwayat kesehatan keluarga
·         Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.
Riwayat obstetri dan menstruasi
·         Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.

Pengkajian pola gordon
1)      Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit
Bagaimana klien memelihara kesehatan nya selama kurun waktu sebelum mengalami sakit., kepatuhan dalam memeriksakan kondisinya setiap bulannya, sejauh mana pengetahuan klien tentang siklus menstruasinya.
Saat sakit
 Apakah klien tahu tentang masalah yang sedang dialami sekarang.
2)      Pola nutrisi metabolik
Sebelum sakit
Bagaimana klien menjaga asupan nutrisi sebelum sakit, dan frekuensi makan/minum dalam sehari.apakah asupan nutrisi nya mencukupi ataukah kurang.
Saat sakit
Bagaimana pilihan nutrisi yang dikonsumsi klien selama sakit, adakah keluhan mual ataupun muntah berkenaan dengan penyakit yang di alami.
3)      Pola eliminasi
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan BAB/BAK klien sebelum sakit, baik itu frekuensi, karakteristik dan waktu normal klien BAB/BAK
Saat sakit
Adakah keluaran darah saat BAB/BAK klien berkenaan dengan kemungkinan penyebaran penyakitnya. adakah keluhan diare atau konstipasi yang dialami klien.
4)      Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Bagaimana kualitas tidur, waktu tidur klien sebelum sakit. Adakah gangguan untuk istirahatnya.
Saat sakit
Jam berapa klien biasa tidur, bagaimana kualitas tidur klien selama sakit , adakah gangguan tidur berkenaan dengan penyakit yang sedang diderita, misalnya nyeri supra pubic, dismenorhae,dll
5)      Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit
Bagaimana aktifitas klien sebelum mengalami sakit dan adakah gangguan yang biasa dirasakan sebelum klien sakit.
Saat sakit
Bagaimana aktivitas klien selama klien sakit,  adakah kesulitan-kesulitan yang dialami klien berhubungan dengan sakitnya.
6)      Pola koqnitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit
Adakah gangguan yang dialami klien sebelum dia sakit sehubungan dengan sakitnya misalnya kebiasaan dismenorhae saat haid.
Saat sakit
Apakah klien mengalami nyeri pelvis,dismenorhea. kaji PQRST nya.
7)      Pola peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit
Apa peran klien dikeluarga, masyarakat dan lingkungan lain dimana klien biasa  besosialisasi. Apakah ada gangguan atau tidak.
Saat sakit
Apakah ada perubahan peran atau tidak berhubungan dengan penyakit yang skaran klien alami, bagaimana hubungan klien dengan team kesehatan yang merawatnya selama sakit.
8)      Pola reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit
Adakah masalah reproduksi klien berkenaan dengan menstruasinya, apakah sering nyeri, lamanya siklus nya pendek atau panjang. Karakteristik keluaran saat menstruasi apakah mengalami ketidaknormalan seperti adanya gumpalan serta warnanya yang cenderung gelap. Apakah ada gangguan dalam berhubungan suami istri bagi yang sudah berumah tangga. Klien menggunakan jenis kontrasepsi apa??
Saat sakit
Adakah keluhan saat menstruasi baik dari lama menstruasi, siklus, karakteristik darah dan sensasi nyeri yang dirasakan. Adakah masalah  klien dalam melakukan koitus.
9)      Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit
Bagaimana pandangan klien terhadap dirinya sebelum mengalami sakit
Saat sakit
Adakah perasaan malu atau tidak percaya diri terhadap dirinya sehubungan dengan sakit yang diderita klien.
10)  Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Sebelum dan saat sakit
Adakah perasaan cemas atau takut pada diri klien sehubungan dengan penyakit yang diderita sekarang maupun riwayat kesehatan sebelumnya.
11)  Pola sistem nilai dan kepercayaan
Sebelum dan saat sakit
Bagaimana ketaatan klien terhadap ajaran agama yang di yakini. Bagaimana klien memandang suatu masalah yang terjadi pada dirinya jika dihubungkan dengan penyakitnya sekarang.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran (kualitatif: compos mentis, kuantitatif: mata, verbal, motorik)
TTV (suhu, nadi, RR, SPO2, suhu, TD)
Mata: konjungtiva anemis atau tidak
Dada:
Inspeksi:
·         Bentuk dada dan payudara
·         Warna puting susu dan areolanya
Palpasi
·         Adanya benjolan ataupun nyeri tekan pada payudara
Perkusi
·         Adanya pembekakan limfe sekitar payudara atau tidak
Jantung
Paru
Abdomen
Inspeksi
·         Bentuk abdomen
Perkusi
·         Adanya penumpukan cairan atau tidak
Auskultasi
·         Bising usus
Palpasi
·         Adanya benjolan ataupun nyeri tekan abdomen terutama di bagian bawah saat menstruasi
Genitalia
Inspeksi
·         Kebersihan area genetalia
·         Adanya keluaran perdarahan dari saluran vagina
·         Warna darah yang keluar, banyaknya, frekuensi dan bau
Palpasi
·         Adanya benjolan dan nyeri tekan
Anus
Inspeksi
·         Kebersihan area anus
·         Adanya keluaran darah saat defekasi
Palpasi
·         Adanya benjolan dan nyeri tekan
Ekstermitas
Diagnosa keperawatan dan Intervensi
1.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
1)      Monitor balance cairan
R/ mengetahui keseimbangan cairan tubuh
2)      Anjurkan klien untuk menambah intake cairan, seperti minum air putih, buah-buahan segar yang mengandung banyak cairan
R/ untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh yang hilang
3)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intra vena yang tepat.
R/ untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh klien yang hilang
4)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti perdarahan
R/untuk menghentikan perdarahan yang terjadi.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
1)      Monitor skala nyeri klien
R/ Mengetahui derajat nyeri klien
2)      Berikan posisi yang nyaman
R/ Mengurangi nyeri klien
3)      Ajarkan teknik relaksasi destraksi
R/ Mengurangi nyeri klien
4)      Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
R/ Mengatasi nyeri klien
3.      Cemas berhubungan dengan status kesehatan
1)      Ajarkan tehnik relaksasi dalam mengendalikan cemasnya.
R/ membantu klien berfikir positif terhadap sakitnya.
2)      Beri dukungan kepada klien demi kesembuhan klien.
R/ meningkatkan motivasi klie untuk sembuh
3)      Libatkan keluarga untuk tetap memberikan dukungan penuh pada klien.
R/ menciptakan kondisi yang harmonis antara klien dan keluarga.
4.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembeda
1)      Monitor perasaan klien
R/ Mengetahui apa yang dirasakan klien saat ini
2)      Berikan motivasi dan dukungan pada klien untuk tidak minder hanya karena infertilitas
R/ Meningkatkan motivasi klien
3)      Bantu klien menyebutkan hal – hal positif klien yang dimiliki
R/ Membangkitkan semangat klien
4)      Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memperhatikan klien
R/ Menyadarkan klien bahwa dia tidak sendiri dan dikucilkan
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
1)      Berikan pendidikan kesehatan tentang apa itu endometriosis, tanda dan gejala, penyebab dan cara pencegahan.
R/ agar klien tahu tentang penyakit endometriosis, tanda dan gejala, penyebab dan cara pencegahan.
2)      Tunjukan sikap empati
R/ menumbuhkan rasa semangat klien

0 komentar:

Posting Komentar