BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gangguan kejiwaan atau skizofrenia
adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang
ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas seperti kemunduran fungsi
sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan
menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi
longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negatif
seperti penarikan diri, apatis, dan perawatan diri yang buruk (Forum Sains
Indonesia, 2010).
Salah
satu tanda dan gejala dari klien yang mengalami skizofrenia ialah terjadinya
kemunduran sosial. Kemunduran sosial tersebut terjadi apabila seseorang
mengalami ketidakmampuan ataupun kegagalan dalam menyesuaikan diri (maladaptif)
terhadap lingkungannya, seseorang tersebut tidak mampu berhubungan dengan orang
lain atau kelompok lain secara baik, sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan
yang mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif terhadap lingkungan di
sekitarnya.
Kemunduran
fungsi sosial yang dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan jiwa disebut
isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Purba, dkk. 2008). Pasien isolasi sosial memiliki kemampuan
sosialisasi yang rendah karena sifatnya yang selalu menarik diri dari
lingkungannya.
Perkembangan kebudayaan
masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap
perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif dapat
mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan sosial atau status kesehatan
seseorang sejalan dengan perkembangan teknologi dapat dikatakan makin banyak
masalah yang harus dihadapi dan diatasi seseorang serta sulit tercapainya
kesejahteraan hidup. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan
jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien
gangguan jiwa. Manusia bereaksi secara keseluruhan
secara holistik atau dapat dikatakan juga secara somato-psiko-sosial. Gangguan
jiwa artinya bahwa yang menonjol adalah gejala-gejala yang patologik dari unsur
psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi
yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badan, jiwa
atau lingkungannya. Angka kejadian (incidence rate) dan angka kesakitan
(morbidity rate) berbagai gangguan jiwa. Dalam masyarakat umum
skizofrenia terdapat 0,2-0,8% dan retardasi mental 1-3% WHO melaporkan bahwa
5-15% dari anak-anak antara 3-15 tahun mengalami gangguan jiwa yang persistent
dan menganggu hubungan social. Bila kira-kira penduduk 40% Negara kita adalah
anak-anak dibawah 15 2 tahun (di negara yang sudah berkembang kira-kira 25%)
dapat digambarkan besarnya masalah. Ambil saja 5% dari 40% dari katakana saja
120 juta penduduk
maka negara kita terdapat kira-kira 2,5 juta penduduk
yang mengalami gangguan jiwa yang sampai sekarangpun belum diketahui secara
pasti penyebabnya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat
di identifikasikan masalah sebagai berikut: tingginya angka kejadian gangguan
jiwa yang belum ditemukan secara pasti penyebabnya. Dalam hal ini penulis akan
menyajikan asuhan keperawatan dengan masalah utama gangguan isolasi sosial.
C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan
keperawatan pada pasien
gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial.
2. Tujuan Khusus
- Mahasiswa
mengetahui gejala-gejala awal yang terpenting dari gangguan
jiwa
dengan masalah utama isolasi sosial.
- Mahasiswa
mengetahui penanganan dari gangguan jiwa dengan masalah
utama
isolasi sosial.
- Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien yang
mengalami
gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah dapat
mengetahui gejala awal dan penanganan serta asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien yang mengalami gangguan jiwa isolasi sosial.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
I.
MASALAH
UTAMA
Isolasi
sosial : menarik diri
II.
PROSES
TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Isos/MD adalah keadaan
dimana seseorang individu berpartisipasi di dalam suatu frekuensi yang tidak
cukup/berlebihan/frekuensi pertukaran sosial yang tidak efektif (Marryl 1988)
MD adalah percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain (Roullin, 1993)
Dari dua pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa menarik diri adalah seorang yang tidak mampu
bersosialisasi dengan orang lain serta untuk menghindari berinteraksi dengan
orang lain
B. Faktor
presdiposisi
Terdiri dari faktor
perkembangan yang di pengaruhi oleh suatu sistem keluarga yang terganggu akan
menunjang respon sosial yang maladaptif kemampuan membina hubungan yang sehat,
pengalaman selama proses tumbang tugas perkembangan tidak dapat dipengaruhi
membina kemampuan berhubungan, kurangnya stimulasi kasih sayang, perhatian dan
kehangatan dari Ibu (pengaruh menimbulkan rasa tidak nyaman dan menghambat
terbentuknya rasa percaya dan faktor biologis yang terdiri dari kembar
monosigot 0,08% skizofrenia serta faktor sosial budaya terdiri dari orang lain,
lingkungan sosial)
C. Faktor
presipitasi
Terdiri dari faktor
psikologis yaitu yang berkepanjangan tuntutan perpisahan dengan orang yang
terdekat,. Kegagalan orang lain memenuhi stabilitas keluarga, berpisah dengan
orang yang berarti,
trauma akibat penganiayaan
kejadian yang mengancam hidup
D. Tanda
dan gejala
Klien diam, ekspresi
wajah sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain, misalnya : pada saat
makan komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap – cakap dengan
perawat/ klien lain, klien tampak tidak ada kontak mata, klien lebih sering
menunduk, diam diri di kamar, tampak terpisah kurang mobilitas, menolak
berhubungan dengan orang lain, klien memutus percakapan jika diajak bercakap –
cakap, tidak melakukan kegiatan sehari seperti posisi tidur janin
E.
Akibat
Perilaku sosial MD
beresiko terjadinya perubahan, persepsi sensori halusinasi (tovonsend. 1998 :
156) perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah
(misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi yang tidak sesuai dengan realitas
kenyataan seperti melihat bayangan/mendengarkan suara – suara yang sebenarnya
tidak ada.
Menurut carpenito (1998
: 368) Tovonsend MC (1998 : 156) dan stuard and suddent (1998 : 328 - 329)
perubahan persepsi sensori sering ditandai dengan adanya :
Data Subyektif :
·
Tidak mampu mengenal
waktu, orang dan tempat
·
Tidak mampu memecahkan
masalah
·
Mengeluh cemas dan
khawatir
·
Mengungkapkan adanya
halusinasi (misal : mendengar suara/melihat bayangan)
Data Subyektif
·
Apatis dan cenderung
menarik diri (controlling)
·
Tampak gelisah
perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti bicara seolah mendengar
sesuatu menggferakkan bibirnya tanpa bersuara.
·
Menyerangai dan tertawa
tidak sesuai
·
Gerakkan mata yang
cepat
·
Pikirkan yang berubah –
ubah dan konsentrasi rendah
·
Respon – respon yang
tidak sesuai (tidak mampu berespon) terhadap petunjuk yang kompleks
III.
A.
POHON MASALAH
Risiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Resiko perubahan
persepsi sensori : halusinasi
Defisit perawatan diri
|
Menurunnya motivasi Perawatan diri
HDR
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU
DIKAJI
1.
Isolasi sosial :
menarik diri
Ø Data
subyektif
· Klien
mengatakan kesepian, klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial, klien
mengatakan tidak berguna
Ø Data
obyektif
· Apatis,
ekspresi wajah sedih, afek tumpul
· Menghindar
dari orang lain/menyendiri klien memisah diri
· Komunikasi
kurang, klien tidak bercakap – cakap dengan orang lain/perawat
· Tidak
ada kontak mata, menunduk
· Klien
memutuskan percakapan/pergi pada saat diajak bercakap – cakap
· Posisi
janin pada saat tidur
2.
Resiko perubahan
persepsi sensori : halusinasi
Ø Data
subyektif
· klien
mengatakan melihat/mendengar sesuatu, klien tidak mampu mengenal tempat, waktu
dan orang
Ø Data
obyektif
· klien
bicara, senyum dan tertawa sendiri
· MD
dan menghindar diri dari orang lain
· Tidak
dapat membedakan nyata dan tidak nyata
· Ekspresi
muka topeng
3.
Gangguan konsep diri :
HDR
Ø Data
subyektif
· Klien
mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
· Klien
mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
· Klien
mengungkapkan dirinya tidak berguna, mengkritik diri sendiri, perasaan tidak
mampu
Ø Data
obyektif
· Merusak
diri sendiri
· Merusak
orang lain, ekspresi wajah menarik diri dari hubungan sosial
· Tidak
mau makan dan tidak mau tidur
4.
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
5.
Defisit perawatan diri
Ø Data
subyektif : klien mengatakan malas
Ø Data
obyektif : badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan
kotor, gigi kotor disertai bau mulut, penampilan tidak rapi, cara makan tidak
teratur, BAB dan BAK disembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri
IV.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Isolasi sosial :
Menarik diri
2.
Harga diri rendah
3.
Resiko perubahan
persepsi sensori : halusinasi
4.
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
5.
Defisit perawatan diri
V.
RENCANA
TINDAKAN
DP
1 : Menarik diri
Ø Tujuan
Umum
Klien dapat membina
hubungan secara optimal
Ø Tujuan
khusus
· TUK
1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil :
1.
Klien dapat menunjukkan
ekspresi wajah bersahabat
2.
Menunjukkan rasa sayang
3.
Ada kontak mata
4.
Mau berjabat tangan
5.
Mau menyebutkan nama
6.
Mau menjawab salam
7.
Mau berdampingan dengan
perawat
8.
Mau mengutarakan
masalah yang di hadapi
Intervensi
1.
BHSP dengan prinsip
komunikasi terapeutik
2.
Sapa klien dengan ramah
3.
Perkenalkan diri dengan
sopan
4.
Tanyakan nama lengkap
klien, nama panggilan yang disukai
5.
Jelaskan tujuan
pertemuan
6.
Jujur dan menepati
janji
7.
Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa adanya
8.
Beri perhatian pada
klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
· TUK
2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
KH : Klien dapat
menyebutkan penyebab menarik diri berasal dari diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Intervensi
1.
Kaji pengetahuan klien
tentang perilaku MD dan tanda – tandanya
2.
Beri kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan penyakitnya MD atau tidak mau bergaul
3.
Diskusikan bersama
klien tentang perilaku MD, tanda – tanda serta penyebab yang muncul
4.
Berikan pujian terhadap
kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaanya
· TUK
3 : Klien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugiannya tidak berhubungan dengan orang lain
§ KH
; Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
§ Intervensi
1.
Kaji pengetahuan klien
tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain
2.
Beri kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang
lain
3.
Diskusikan bersama
klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
4.
Beri reinforcement
positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
§ KH
: Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
§ Intervensi
:
1.
Beri pengetahuan klien
tentang kerugian berhubungan dengan orang lain
2.
Beri kesempatan pada
klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
3.
Diskusikan bersama
klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4.
Beri reinforcement
positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
· TUK
4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
KH : Klien dapat
mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap
o K
– P
o K
– P – P Lain
o K
– P – P Lain – P Lain
o K
– Keluarga ./ Kep / Masyarakat
Intervensi
1.
Kaji kemampuan klien
BHSP
2.
Dorong dan bantu klien
untuk berhubungan dengan orang lain
3.
Beri reinforcemen
positif terhadap keberhasilan yang telah di capai
4.
Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
5.
Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengikuti wajib
6.
Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan
7.
Beri reinforcement
positif atas kegiatan klien yang dilakukan di ruangan
· TUK
5 : Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dengan orang lain
§ KH
: Klien mampu mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
untuk diri sendiri dan orang lain
§ Intervensi
1.
Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan bila berhubungan dengan orang lain
2.
Diskusikan dengan klien
tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang
3.
Beri reinforcement
positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan
orang lain
· TUK
6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di lingkungan
§ Intervensi
1. Beri
pendkes pada keluarga tentang cara merawat klien dengan HDR
2. Pantau
keluarga, berikan dukungan selama klien di rawat
3. Bantu
keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
o K
– P
o K
– P – P Lain
o K
– P – P Lain
o K
– Keluarga/masyarakat
4. Beri
reinforcement positif terhadap keberhasilan klien berhubungan dengan orang lain
5. Diskusikan
jadwal harian yang dapat dilakukan dalam mengatur waktu
6. Motivasi
klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
STRATEGI
PELAKSANAAN (SP)
·
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri
dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan
orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
·
Sukar
didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya
atau tidak.
Tujuan
khusus :
1. Klien
mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
2. Klien
mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
3. Klien
mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Klien
mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Tindakan
keperawatan.
1.
Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi
terjadinya isolasi sosial
2.
Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
3.
Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
4.
Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara
bertahap
penyebab isolasi sosial, membantu
pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan
ORIENTASI (PERKENALAN):
“Selamat
pagi ”
“Saya
Anita
Royani, Saya senang dipanggil Nita, Saya
mahasiswa
STIKES St. Elisabeth Semarang yang akan merawat Bapak.”
“Kalau boleh tahu Siapa
nama Bapak?
Senang dipanggil siapa?”
“Apa
keluhan Bapak
hari ini?” Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
keluarga dan teman-teman bapak ?
Mau dimana kita ngobrol?
Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, Bapak? Bagaimana
kalau 15 menit??”
KERJA:
(Jika
pasien baru)
”Siapa
saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Bapak?
Siapa yang jarang ngobrol
dengan Bapak?
Apa yang membuat Bapak
jarang ngobrol
dengannya?”
(Jika
pasien sudah lama dirawat)
”Apa
yang Bapak
rasakan selama Bapak
dirawat disini? O.. Bapak
merasa sendirian? Siapa saja yang Bapak kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bapak
lakukan dengan teman yang Bapak
kenal?”
“Apa yang menghambat Bapak
dalam berteman atau ngobrol
dengan pasien yang lain?”
”Menurut Bapak apa saja
keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman ngobrol.
Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Bapak? Ya, apa
lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya
tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah ya Bapak ?
belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus.
Bagaimana kalau sekarang kita belajar
berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho Bapak ?,
untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya T, senang
dipanggil T. Asal saya dari Flores, hobi memancing”
“Selanjutnya
Bapak
menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak
siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo
Bapak
dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Bapak. Coba
berkenalan dengan saya!”
“Ya
bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah
bapak
berkenalan dengan orang tersebut Bapak bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang
cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
TERMINASI:
”Bagaimana
perasaan Bapak
setelah kita latihan berkenalan?”
” Bapak
tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya
Bapak
dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga Bapak
lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.
S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita
masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok
pagi jam 10 saya akan datang kesini
untuk mengajak
Bapak berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, Bapak mau
kan?”
”Baiklah,
sampai jumpa.”
(berkenalan
dengan orang pertama -seorang perawat-)
ORIENTASI :
“Selamat
pagi Bapak! ”
“Bagaimana
perasaan Bapak
hari ini?
« Sudah
dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi
sambil bersalaman dengan perawat ! »
« Bagus
sekali, Bapak
masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak Bapak
mencoba berkenalan dengan teman saya
perawat T. Tidak lama kok, sekitar 10 menit »
« Ayo
kita temui perawat T disana »
KERJA :
( Bersama-sama klien saudara
mendekati perawat N)
« Selamat pagi perawat N,
ini ingin berkenalan dengan N »
« Baiklah Bapak, Bapak bisa berkenalan dengan perawat
T seperti yang kita praktekkan kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara
berkenalan dengan perawat T : memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan
nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang Bapak ingin tanyakan kepada perawat
T . coba tanyakan tentang keluarga perawat T »
« Kalau tidak ada lagi
yang ingin dibicarakan, Bapak bisa sudahi perkenalan ini.
Lalu ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat T, misalnya jam 1 siang nanti »
« Baiklah perawat T, karena Bapak sudah selesai berkenalan,
saya dan Bapak akan kembali ke ruangan Bapak. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara
meninggalkan perawat T untuk melakukan terminasi dengan klien di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berkenalan dengan
perawat T”
” Bapak tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah ibu lakukan tadi. Jangan lupa
untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat
lain. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa
kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti Bapak
coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai
besok.”
SP 3 Pasien : Melatih
Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang
pasien)
ORIENTASI:
“Selamat
pagi bu! Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah
ibu bercakap-cakap dengan perawat Tkemarin siang”
(jika
jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan ibu
setelah bercakap-cakap dengan perawat T kemarin siang”
”Bagus
sekali ibu menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau
begitu ibu ingin punya banyak teman lagi?”
”Bagaimana
kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”
”seperti
biasa kira-kira 10 menit”
”Mari
kita temui dia di ruang makan”
KERJA:
( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )
« Selamat pagi , ini ada
pasien saya yang ingin berkenalan. »
« Baiklah bu, ibu sekarang bisa berkenalan
dengannya seperti yang telah ibu lakukan
sebelumnya. »
(pasien mendemontrasikan cara
berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal dan hobi dan
menanyakan hal yang sama). »
« Ada lagi yang ibu ingin tanyakan kepada O»
« Kalau tidak ada lagi
yang ingin dibicarakan, ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu ibu bisa buat janji bertemu lagi,
misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »
(ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
« Baiklah O, karena ibu sudah selesai berkenalan,
saya dan klien akan kembali ke ruangan ibu. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara
meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan ibu
setelah berkenalan dengan O”
”Dibandingkan
kemarin pagi, T tampak lebih baik saat berkenalan dengan O” ”pertahankan apa yang sudah ibu
lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore nanti”
”Selanjutnya,
bagaimana jika kegiatan berkenalan dan
bercakap-cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi
satu hari ibu dapat berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga
kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu
bisa bertemu dengan T, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya ibu
bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana ibu,
setuju kan?”
”Baiklah,
besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman ibu.
Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”
BAB III
PEMBAHASAN
FORMULIR
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
RUANG RAWAT : Ruang V111(IRAWAN)
TANGGAL RAWAT :
I.
IDENTITAS KLIEN
Nama : Sdr.S (
inisial)
Umur : 30 thn
Jeis kelamin : laki-laki
Pekerjaan :
tani
Suku bangsa : jawa/insdonesia
Agama : islam
Pendidikan : smp
Status perkawinan : belum menikah
Alamat : pati
No.Rekam
medik :
Tanggal
pengkajian : 02-08-2011
Tanggal masuk :
Informan :
Rekam
medis dan informasi dari klien
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama :Ny.s
Umur :
Pekerjaan :
Hubungan dengan klien :ibu
Alamat :pati
II.
ALASAN MASUK
Melamun,bicara sendiri ,tidak bisa tidur.
III.
FAKTOR PREDISPOSISI
Klien
sebelumnya pernah masuk RSJD 3 x pertama di rawat pada tahun 2006,klien sudah
mengalami pengobatan sebelumnya tapi kurang berhasil,lalu belakangan ini klien
sering mengurung diri di kamar, melamun,tidak mau bergaul sama orang lain
karena menganggap orang lain tidak mau berteman dengan dirinya , tidak bisa
tidur.
Masalah
keperawatan: menarik diri
Faktor
presipitasi
Klien
mengatakan sebelumnya pernah bekerja di jepara dan bandung sebagai karyawan
pabrik namun karena gajinya sedikit klien mengundurkan diri dan memilih bekerja
sebagai petani di rumah.kemudian klien merasa minder dengan tetangga karena
Cuma bekerja sebagai petani.hal inilah yang menyebabkan klien sering
melamun,bicara sendiri,tidak bisa tidur,dan bingung.klien juga sering mengamuk.
Masalah keperwatan :resiko perilaku kekerasan.
1.
Adakah anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa ?
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan :-
2.
Pengalaman masa lalu
yang tidak menyenangkan: klien mengatakan
pernah
mengalami kegagalan bekerja.
Masalah
keperawatan :
IV.
FISIK
1.
Tanda vital TD : 120/70 mmHg N: 80x/menit S: 37 C P: 20x/menit
2.
Head to toe
a.
Rambut:hitam,pendek,kulit
kepala berketombe,rambut bau
b.
Mata:konjungtiva
an anemis,mata dapat melihat dengan baik,terdapat kotoran di mata.
c.
Telinga:bersih,dapat
mendengar dengan baik.
d.
Mulut:mulut bau
rokok,bibir tampak kering,gigi bersih.
e.
Leher:tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid.
f.
Dada:bentuk dada
datar
g.
Abdomen:tidak
ada luka,tidak ada cairan dari umbilicus.
h.
Ekstermitas:ekstermitas
atas dan bawah dapat berfungsi dengan baik.
i.
Kulit:turgor
kuit baik,warna kulit sawo matang
j.
Kuku:kuku
panjang dan tampak kotor.
V.
PSIKOSOSIAL
1.
Genogram
Jelaskan :klien tinggal serumah dengan ibu dan 2 saudara
kandungnya.ayah klien sudah meninggal dunia.
Hubungan dengan keluarga sangat dekat.
Komunikasi dengan keluarga kurang terbuka karena klien
seorang pendiam.
Pengambil keputusan jika klien sakit adalah ibunya.
Masalah
keperawatan : koping keluarga inefektif
kompromi
2.
Konsep diri :
a.
Citra tubuh : Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya
b.
Identitas : Klien mengetahui bahwa dirinya
laki-laki dan belum nikah
c.
Peran :klien bekerja sebagai seorang
petani yang dapat menafkahi keluarga
d.
Ideal diri : Klien berharap cepat sembuh dan
kembali kerumah.
e.
Harga diri : Klien merasa malu dan putus asa karena bekerja sebagai petani dan
sekarang di rawat di RSJD.
Masalah
keperawatan :harga diri rendah
3.
Hubungan sosial
a.
Orang terdekat : Orang
yang paling dekat dengan Klien adalah Ibu
dan adik adiknya.
b.
Peran serta dalam
kegiatan kelompok/masyarakat : Klien aktif dalam, kegiatan bermasyarakat misalnya
mengikuti kegiatan di masjid.
c.
Hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain : Klien merasa orang lain tidak mau teman dengan klien karena dia Cuma bekerja
sebagai seorang petani dan klien juga seorang pendiam.
Diruangan klien sering melamun,menyendiri,dan sulit
bicara dengan temannya.
Masalah keperawatan :isolasi sosial
4.
Spiritual
a.
Nilai dan keyakinan :
Islam
b.
Kegiatan ibadah : saat
dirumah selalu melaksanakan ibadah
sholat namun sejak dirawat
diRSJ klien tidak pernah melaksanaknnya
karena merasa putus asa.
Masalah
keperawatan :distress spiritual
VI.
STATUS MENTAL
1.
Penampilan
Penampilan klien agak rapi,rambut di sisir ada ketombe,klien
mandi 1 x sehari kancing baju di kancingkan,dank lien memakai seragam dari
RSJD..
Masalah
keperawatan :defisit perawatan diri mandi.
2.
Pembicaraan
Klien tampak apatis dan dan suara klien pelan saat di
lakukan pengkajian.klien malas untuk bicara,tampak gelisah dan tidak mau bicara
dengan temannya karena merasa dirinya tidak pantas untuk berteman.
Masalah
keperawatan :keputusasaan
3.
Aktivitas motorik
Klien tampak lesu dan berdiam diri di kamar,menyendiri,kontak
mata kurang,menunduk,pasien menjaab pertanyaan seperlunya,tidak mau menatap
mata.
Masalah keperawatan
:defisit
aktivitas deversional atau hiburan
4.
Alam perasaan klien merasa sedih menganggap dirinya tidak pantas
untuk berteman.
Masalah
keperawatan :keputusasaan
5.
Afek
Ekspresi wajah klien datar ,tampak melamun ,dan tidak
mau kontak mata dengan perawat.
Masalah
keperawatan :kerusakan interaksi sosial
6.
Interaksi selama
wawancara
Kontak mata klien kurang,melamun,menjawab pertanyaan
seperlunya dan tidak au menatap muka.
Masalah
keperawatan :kerusakan komunikasi verbal
7.
Persepsi
Tidak di temukan.
Masalah
keperawatan :
8.
Proses pikir
Blocking.klien berusaha untuk menghindari orang yang
di ajak bicara.
masalah
keperawatan :perubahan proses pikir
9.
Isi pikir
Kien merasa orang orangdi sekitarnya tidak peduli dan
tidak suka dengan dia.
Masalah
keperawatan :waham curiga.
10. Tingkat
kesadaran
Klien tampak bingung,murung,tidak disorientasi tempat
dan waktu
Masalah
keperawatan :
11. Memori
klien tidak mengalami gangguan daya ingat.
Masalah
keperawatan :
12. Tingkat
konsesntrasi dan berhitung
klien
mampu berkonsentrasi dalam menghitung
sederhana misalnya 5x5
=25,25-10=15
Masalah
keperawatan :
13. Kemampuan
penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana
misalnya klien memilih untuk mandi terlebih dahulu sebelum makan pagi.
Masalah
keperawatan :
14. Daya
titik diri
Klien mengatakan dirinya sakit.dan membutuhkan
pengobatan di RSJ.Pasien bisa menerima bahwa dirinya sakit dan tidak
menyalahkan orang lain.
Masalah
keperawatan :koping individu inefektif
VII.
KEBUTUHAN PERSIAPAN
PULANG
1.
Makan
Klien mau makan 3 kali dalam sehari dengan lauk dan
sayur.
2.
Eliminasi
Klien mengatakan BAB 1x dan BAK kurang lebih 7 x
sehari dengan mandiri di kamar mandi.
3.
Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari menggunakan
sabun,gosok gigi,keramas,badan bersih.
4.
Istirahat/tidur
Klien mengatakan tidur siang dan malam teratur.
Klien tidur malam selam 8 jam
5.
Pakaian dan berhias
Klien berpakaian dengan rapid an menggunakan pakaian
RSJD dan klien mau menyisir rambutnya.
6.
Penggunaan obat
Klien selalu minum obat dan bisa minum obat sendiri
setelah di beri oleh perawat.klien selalu minum obat secara teratur.
7.
Pemeliharaan
kesehatan
Klien pernah masuk RSJD sebanyak 3 kali setelah klien
pulang ke rumah klien sering control dan minum obat yang di berikan.
8.
Aktivitas didalam rumah dan di luar rumah
Klien bekerja sebagai petani.
Kalau di rumah klien Cuma nonton TV dan tidur.
Masalah
keperawatan :
1
MEKANISME KOPING
Sebelumnya klien adalah orang yang pendiam,ketika ada
masalah klien bercerita dengan ibunya,klien suka melamun,dan menyendiri.klien
tinggal dengan ibu dan kedua saudaranya.
Masalah
keperawatan :mekanisme koping tidak efektif
2
MASALAH PSIKOSOSIAL
Klien mengalami masalah dalam pekerjaannya ,klien malu
dengan tetangga karena hanya bekerja sebagai seorang petani.
3
KURANG PENGETAHUAN
TENTANG
Klien mengetahui kalau dia sekarang mengalami gangguan
jiwa,karena sering melamun sehingga klien di bawa ke RSJD.
Masalah
keperawatan :
4
ASPEK MEDIK
Diagnosis
Medik :
Skrofrenia Paranoid
Terapi
medik :
daftar pustakanya kok nggak ada ya?
BalasHapus